51155 views (part 2)

ΞTuesday, January 18, 2011|→ 0 komentar|

Gile lagi dah utk kedua kalinya

Dulu ternyata blog ini ude dilihat sampe 27.604 per tanggal 27 Februari 2009. Weleh-weleh, jadi semangat untuk nge-blog lagi neh.

Itu lagi-lagi dulu.

Dan sekarang sudah 51555 view per tanggal 18 Januari 2011, hampir 2 tahun yang lalu, walaupun tiada pernah posting blog ini hampir selalu ada yang lihat. Entah kenapa. Jadi penasaran mereka mbaca apa di blog ini dan tentunya dengan keyword apa mereka bisa nyasar di mari.

Sok, lanjut gan...

3 Mahasiswa (Part 2) - Ujian 1

ΞTuesday, May 19, 2009|→ 0 komentar|

Saatnya ujian. Ketiga mahasiswa tadi mempersiapkan dengan hal yang berbeda.
Pada ujian yang pertama, mata kuliah yang agak-agak gampang, standarlah. Reni mempersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Semua catatan kuliah tentang mata kuliah tersebut di kumpulinnya, textbook maupun slide presentasi dari dosen tersebut dikumpulinnya. Demi ujian itu, Reni belajar seminggu sebelumnya, nyicil tiap malam untuk mereview kembali isi mata kuliah tersebut, hingga ngerti bener.

Rino, hampir-hampir mirip dengan Reni. Jauh-jauh hari sebelumnya sudah di persiapkannya, tapi doi belum sempat belajar, karena kesibukan organisasi kampus. Karena menganggap mata kuliah itu gampang, dia pikir, belajar 2 malam saja cukup.

Sedangkan Riki, sama sekali nggak tahu jawdal ujian mata kuliah tersebut. Baru ngeh, kalau esok hari adalah ujian mata kuliah itu, soalnya dalam mata kuliah tersebut dia hanya hadir 40%, 30% titip absen, dan 30% bolos. Sejak pertama masuk kuliah itu, dia menganalisis, bahwa mata kuliah ini adalah salah satu mata kuliah termudah dari seluruh mata kuliah semester, dan dia menganggapnya nggak terlalu urgent di bidangnya. Setelah tahu besok ujian, dia mencari catatan kuliah terlengkap yang dimiliki temennya. Dipinjemlah catatan Reni. Kemudian dia nongkrong di himpunan untuk mencari soal-soal tahun kemarin, dan mengcopi softcopy slide-slide yang di berikan dosen pas mengajar. Dengan 3 modal itu dia merasa sudah cukup untuk belajar dan besok ujian.

Akhirnya mereka ujian esok harinya jam 9. Reni dengan persiapan matang selama seminggu dan tadi malem tidur jam 9 biar besok seger, duduk di barisan paling depan dengan mengerjakan penuh keyakinan.

Rino yang ternyata hanya belajar semalem (melem sebelumnya yang ditarget untuk belajar, malah nemenin pacarnya yang minta diajak shopping dan nonton), soalnya nggak punya waktu,belajar selama 7 jam, dari jam 7 malem sampe 2 pagi. Matanya merah dan sesekali menguap karena masih ngantuk duduk di barisan tengah.

Sedangkan Riki yang semalem ternyata hanya belajar selama 2 jam, hanya mereview ulang kuliah, megurutkannya, membaca catatan kuliah dan menganalisis soal2 ujian tahun-tahun sebelumnya, dan tidur jam 9 malem, karena tergoda dengan obralan tetangga kosannya yang lagi ada tamu dan ikut nimburng. Paginya habis subuh, dia mengerjakan soal-soal tahun lalu, menganalisis, dan mengerjakan ulang sampe jam 8, mandi dan berangkat. Dengan agak-agak nggak percaya diri, dia duduk di belakang.

Hasil ujian akan diumumkan 1 minggu lagi, sedangkan ujian kedua dilaksanakan 3 hari lagi dengan mata kuliah paling berat dan susah.

3 Mahasiswa (Part 1)

ΞSunday, May 3, 2009|→ 0 komentar|

Ada cerita tentang 3 mahasiswa.

Mahasiswa pertama, sebut saja namanya Reni. Dia tinggal di daerah pinggirang kota. Setiap kuliah, dia naik bus/angkot 2 jam sebelum waktu kuliah. Dia harus jalan dulu 500 meter ke depan gang untuk nunggu angkot ke terminal. Angkot yang hampir selalu kosoong dan harus ngetem berpuluh-puluh menit untuk mengantar penumpang ke terminal. Habis dari terminal naik bus, menuju ke terminal kota. Habis itu pindah angkot lagi menuju kampusnya. Total 2 jam ketika perjalanan di lakukan pada pagi hari, karena jarak jauh, angkot yang ngetem, dan macet. Bayangkan kalau Reni kuliah jam 7 pagi, maka dia harus jam 5 berangkat dari rumahnya. Dan hebatnya dia sama sekali nggak pernah telat sekalipun.

Mahasiswa kedua, namanya Rino, dia bukan penduduk aseli kota tempat dia kuliah. Dia ngekost di dekat kampusnya. Agak jauh, karena kalau dekat, harga kosannya mahal. Setiap kuliah dia selalu jalan 15 menit, walaupun bisa juga naik angkot, tapi sayang uangnya, mending sekalian olahraga.

Mahasiswa ketiga namanya Riki, dia juga ngekos di dekat kampus. Tapi dia punya motor, dan selalu naik motor ketika berangkat ke kampus. Hanya 5 menit saja perjalanan dari kosnya ke kampus. Makanya ketika kuliah jam 7 pagi, dia bangun untuk kedua kalinya (bangun pertama untuk subuhan)jam 06.45, cuci muka, gosok gigi, ganti pakaian, yang dapat ia lakukan hanya dalam tempo 10 menit, habis itu pergi ke kampus 5 menit, jalan ke ruangan kelas 5 menit, makanya di selalu telat 10-15 menit datang di ruang kelas kalau kuliah pagi hari

Reni, Rino dan Riki akhirnya berada dalam satu kelas pagi itu. Reni duduk di depan, mendengarkan sang dosen berceloteh, dan kadang menulis-nulis sesuatu di bukunya sambil manggut-manggut. Riki, duduk di tengah, kadang mendengarkan, kadang ngobrol dengan teman sebelahnya sambil memegangi pulpen. Sedangkan Riki duduk di barisan paling belakang, di bangunin teman sebelahnya karena kertas absen sampai kepadanya. Dengan mata merah Riki bangun dan pinjem pulpen temannya untuk absensi. Kemudian dia lanjutkan tidurnya, karena masih ngantuk, semaleman maen football manager. Temen sebelahnya hanya geleng-geleng kepala saja, masih mending dateng, biasanya titip absen doang, ato habis absen, langsung ngacir, balik ke kosan atau makan, batinnya.


sekian dulu ah, capek, nanti bersambung yah.

Achmed - Jeff Dunham

ΞTuesday, April 28, 2009|→ 0 komentar|

Kocak banget juragan, lumayan buat hiburan

Quick Count

Sejak dulu aku masih nggak habis menegrti, bagaimana teknik quick qount yang biasa di pake di pemilu di Indonesia itu bisa sangat merepresentasi hasil populasi seluruhnya. Yah, secara aing pernah belajar statistik, belajar apa itu sampel dan populasi, dan teknik melakukan metode penelitian dengan pendekatan sampel, sepertinya sangat nggak mungkin hasil quick qount itu bisa sama persis (dekat) dengan hasil sesungguhnya. Kenapa selisih 2% saja tidak ada. Keren sekali dah.

Kalo nggak salah quick qount yang di selenggarkan oleh tim independent, menggunakan sampel hanya pada 2000 TPS di seluruh Indonesia. Sempat terpikir sih, beberapa penyelenggara quick qount itu di bayar oleh beberapa orang/kelompok yang sangat berkepentingan. Tapi menurutku kemungkinannya kecil, walau aku nggak nyebutin sangat kecil. Ya, karena ada sekitar 5 tim yang melakukan quick qount, yang sepertinya independen, dan tentu banyak orang/kepentingan di antara mereka, akan sulit untuk mengatur semuanya pada satu perolehan yang diinginkan.

Ya, mungkin akan lebih masuk akal, ketika aku berpikir sebaliknya, hasil populasi yang sebenarnyalah yang diatur agar sesuai dengan hasil quick qount. Semua orang sudah tidak sabar lagi menunggu hasil. Mind set semua orang sudah terpola bahwa hasil populasinya akan sama dengan hasil sampel yang entah hanya berapa persen saja. So, buat apa pemilu, ganti aja dengan quick qount, yang tentunya lebih irit dan cepat, tidak merepotkan semua orang, lha wong semua juga ude nrimo-nrimo aja dengan hasil quick qount tho.