Pengen nulis khususon tentang wanita untuk memperingati hari wanita di Endonesia sekarang. Setelah menulis beberapa tulisan mengenai inner-nya wanita yaitu disini dan disini, sekarang pake sudut pandang yang lain, yaitu hal-hal di pikiran pria tentang wanita pada umumnya yang berbeda dan kadang para pria tidak habis pikir dan mengerti. Ingat pada umumnya, Umumnya laki-laki dan umumnya para wanita. Semoga nggak ada yang tersungging ya :D
Pertama, yang sering dipikirkan para pria adalah bahwa wanita itu sering nggak konsisten, plin-plan. Contoh sederhana adalah ketika belanja baju. Dari rumah, si wanita bilang nanti bakal beli baju dengan warna cream dengan bahan seperti ini. Tapi setelah sampe di toko, beuh! Berubah berapa kali. Ketika melihat baju warna biru yang lagi trend dering dipake artis di tipi, eh, langsung dah dicobain tuh baju. Terus berkomentar,
“Ah nggak cocok dengan warna kulit saya”.
Si pria manggut-manggut saja. Ganti lagi nyari yang lain, nggak nemu-nemu… Eh, malah ngeliat deretan sepatu yang di pajang.
"Wah, bagus-bagus yah sepatunya”, ceunah.
Inget Neng, tadi mau beli baju, pikir si pria, tapi si pria ini dengan sabarnya masih menahan dan senyum saja.
“Tapi sepatunya koq mahal-mahal yah....”
Beberapa menit kemudian balik lagi ke bagian baju, sempat megang2 baju warna cream, tapi yang diambil dan dibawa ke kamar pas malah warna pink.
“Gimana mas, cocok nggak?”
“Lumayan”. Sambil senyum dan dalam hati bilang, warna cream dengan pink agak-agak mirip yah? Dan dengan pandangan mata yang mengatakan, ayo cepet non, capek neh, pengen tidur di rumah. Sang cewekpun mengerti pandangan cowoknya itu, dia mengerti betul pandangan dan pikiran sang cowok tersebut (kalo ini kelebihan wanita neh). Dan jadilah beli baju warna pink itu.
Sampe di rumah di cobanya baju tadi terus berkaca, seperti ngga’ puas.
“Kenapa lagi bos?”
“Ah, mas, koq kayak anak SMA gini yah, pinky. Lebih bagus yang warna cream tadi yah?”
Hah????, warna cream??? Bukannya tadi yang dicoba warna biru, yang cream cuman di pegang-pegang doang selama 2 detik.
“Koq mas nggak ngingetin sih, tadi kan saya mau beli yang warna cream??”
Hahahaha, itulah wanita men, so para pria, bersabarlah. Tugas anda untuk mengingatkan dan membimbingnya, jangan di biarin saja. Tadi tuh hanya analogi sederhana loh, dan itu kadang berlaku pada hal-hal yang penting yang bisa menentukan hubungan anda selanjutnya.
Kedua, agak nyambung pada yang pertama tadi, yaitu para pria susah untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh para wanita. Dalemnya hati wanita lebih dalem dari palung men! Bahkan bapak psikologi modern saja, Bapak Sigmund Freud , yang lebih dari 30 tahun mempelajari tingkah laku manusia berkata “apa sih yang wanita inginkan?”. Nah tahulah para pria gimana susahnya kalo pengen ngasih sesuatu ke wanita yang dicintainya, apa sih yang bener-bener dia inginkan atau butuhkan. Kadang bilang ini, kadang bilang itu, mana sih yang bener paling bener. Sering cerita kalo minta dan suka ma a, nah mau di kasih a, tiba-tiba ganti b, ya udah, kasihlah b. Nah, pas ude dikasih b, malah ngambek, minta yang a tanpa alasan yang jelas. Beuhbah!
Ketiga, yang dipikirkan oleh para pria, para wanita suka akan gosip, atau halusnya tahu permasalahan orang lain. Pengen tahu aja. Atau lagi (yang tadi nggak usah dibahas terlalu jauh), para wanita suka akan cerita pada sahabat dekatnya semuanya, total dah. Yang dialaminya dan yang dirasakannya. Terus bilang, nanti jangan cerita ke siapa-siapa yah, lah koq??? Kalo emang nggak usah ada orang yang tahu, kenapa harus cerita semuanya tadi. Kan bisa sebagian saja yang di ceritakan. Yah, kadang wanita pengen share semuanya, biar plong, ceunah. Dan emang bener setelah itu para wanita bisa kembali tertawa lepas lagi setelah bercerita, hanya bercerita tidak meminta solusinya.
Keempat, para pria tidak habis pikir mengapa para wanita sering memerlukan suatu barang lebih dari satu. Kenapa harus beli lagi, kan tahun lalu ude beli dan masih bagus. Nah, kalo ini sih nggak terlalu masalah, tapi tetep saja para pria nggak mengerti. Kan bisa dibeliin barang lain yang lebih berguna, Non.
Kelima dan terakhir (walo sebenarnya masih banyak sih, capek soale), para wanita itu tidak mengeri (sekarang gantian ah) kalo pria itu kadang melakukan sesuatu tanpa alasan dan sebab. Contoh biar tergambarkan. Seorang pria pergi pake sepeda dari rumahnya. Sang wanita bertanya,
“Mau kemana sih?”.
“Jalan-jalan sambil olahraga?”
“Kemana emangnya?”
“Belum tahu”, jawab si pria
“Loh koq nggak tahu” Sang wanita curiga dan berpikiran terlalu jauh.
“Iseng aja, mau keliling.”
“Koq nggak naik mobil atau motor?”
“Pengen aja, lama nggak naek sepeda”
Si wanita diam aja, karena si pria ude ngacir, ude males ngejawab pertanyaan-pertanyaan wanita yang dicintainya itu. Sang wanita masih berpikir, ada apa koq tiba-tiba pergi dengan sepeda? Mau kemana? Jangan-jangan…. Pokoknya pikiran jelek langsung merasuk ke sanubari wanita tersebut. Padahal beneran loh, pria tersebut tiba-tiba saja pengen bersepeda-ria tanpa tujuan yang jelas dan alasan yang jelas pula. Dan wanita nggak menegrti hal tersebut, pasti ada apa-apa. Buang-buang waktu dan tenaga saja, pikirnya.
Atau contoh lain, ketika pria kadang diam dan malas untuk bicara. Nah wanita langsung berpikir, ada apa ini. Lagi marah? Ada masalah? Padahal, beneran banget, kadang pria itu pengen diam dan males untuk bicara atau melakukan sesuatu, nggak ada apa-apa dan alasannya. Dan wanita pun masih tetep nggak mengerti, pasti ada sebabnya dan terus saja bertanya.
Ya, begitulah tulisan ini diciptakan, semoga mencerahkan para wanita dan tentu saja para pria. Bonus satu lagi ah, kalau pria itu kadang bener-bener lupa, dan wanita nggak senang itu. Memori wanita jauh lebih kuat pada kejadian-kejadian, atau percakapan pada masa lalu. Ketika sang wanita bertanya: “Eh, mas dulu pernah ngomong pas kita piknik di pantai selatan, masih inget nggak?” Sang pria langsung berpikir keras, apa yang diomongkannya itu, kapan itu… “Pas itu kita ketemu temen akrab kamu dari kecil itu loh?” Sang pria masih berpikir keras, kapan yah itu…. Dan wanita (gantian) nggak habis pikir, koq bisa lupa sih??? Hayo...hayo... bener nggak sih tulisan ini dengan referensi yang seenaknya...