Guruku Sayang, Guruku Malang.....

ΞTuesday, November 7, 2006|→

Guru memang menjadi faktor terpenting dalam berhasilnya suatu pendidikan. Tanpa guru tidak mungkin proses belajar mengajar akan dapat berjalan lancar. Tetapi pada saat sekarang ini banyak sekali guru yang menyelewengkan kewajibannya sebagai fasilisator pendidikan. Terutama banyak sekali terjadi pada guru-guru yang mengajar di SMU atau yang sederajad. Kekurangprofesionalan mereka akan membuat generasi-generasi yang akan datang menjadi bodoh dan picik. Mungkin beliau-beliau ini nggak sadar kalau tanggung jawab mereka sebagai guru amat sangat besar.
Sedikit contoh penyelewengan dan kekurangprofesionalan guru antara lain:

* Rata-rata banyak guru yang malas mengajar. Mereka sering meng’korupsi’ jam mengajar. Sering terlambat masuk kelas atau belum ada bel ganti pelajaran udah ngacir. Dan yang lebih parah lagi tidak masuk kelas sama sekali dan membiarkan kelas kosong tanpa suatu alasan yang jelas dan seenaknya saja memberikan tugas kepada murid-muridnya lalu disuruh untuk dikumpulkan.

* Cara mengajar guru yang tidak kompeten dan membosankan. Menyuruh sekretaris kelas untuk mencatat di papan tulis untuk disalin teman-temannya. Padahal dengan metode kuno tersebut sangat tidak efektif dan efisien. Ada juga yang menerangkan pelajaran dengan seenaknya saja (misalnya dengan suara kecil) dan tidak peduli apakah anak didiknya itu jelas apa yang diajarkannya. Lalu menyuruh murid-muridnya untuk mengerjakan LKS dan dikumpulkan (padahal si guru tahu kalau murid-muridnya itu kalau mengerjakan LKS ‘tirun-tinurun’ alias yang satu mengerjakan yang lainnya jadi mesin fotocopy).

* Ada guru yang menyelenggarakan les privat dirumahnya sehingga murid-muridnya pada ikut les, karena kalau ikut les di guru tersebut akan menjadi murid istimewa. Diajarkan lebih jelas dan komplit dibanding yang di sekolah, dibocorkan soal-soal ulangan dan nilai rapor akan ditolong si guru bila nilai si murid jatuh. Hal tersebut dilakukan agar semakin banayk murid yang ikut les di guru tersebut, sehingga semakin banyak pula amplop yang akan masuk dikantong perbulannya.
Yang lebih parah dan memalukan lagi adalah guru yang mencari keuntungan dibalik profesinya itu.

* Sebagian guru ada yang menjual buku pelajaran suatu penerbit tertentu dengan tidak memperhatikan kualitas buku tersebut tetapi karana profit oriented yang memang selalu menggiurkan bila buku itu terjual banyak. Kemudian si guru mencari akal agar buku tersebut laris terjual dan bila perlu pada tahun pelajaran depan buku tersebut tidak bisa digunakan lagi oleh siswa baru. Caranya? Siswa disuruh mengerjakan tugas di buku itu dengan pulpen (tinta), kemudian guru memberi nilai dan membubuhi paraf dengan pulpen pula. Atau juga mewajibkan murid-muridnya untuk membeli LKS, walaupun pada akhirnya LKS itu nggak pernah digunakan/dikerjakan/dievaluasi. Mungkin karena keputusan dan perintah dari MGMP yang ingin mencari dana dengan menjual LKS agar dapat menyelenggarakan rapat-rapatnya.

* Yang paling Ruarrr Biasa adalah ada beberapa oknum guru (jumlahnya sangat kecil) minta di’amplopi’. Si oknum tersebut mematok tarif, misalnya nilai 8 harus bayar berapa, nilai 9 bayar berapa...
Yang lucu juga ada beberapa guru yang HP-nya aktif hingga berbunyi saat si guru sedang menerangkan. Bahkan ada yang menjawab telepon tersebut di depan murid-muridnya hingga mengganggu proses KBM.

Sebetulnya masih banyak lagi penyelewengan yang lain. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Itulah PR bagi Mendiknas dan bawahannya. Tapi kalau boleh usul ada beberapa cara misalnya: menaikkan gaji guru beberapa kali lipat hingga si guru nggak mencari jalan yang salah. Selain itu juga akan menjadikan profesi guru terhormat dan lebih dihargai dan persaingan untuk menjadi guru lebih ketat sehingga tak sembarang orang bisa menjadi guru. Atau selalu melakukan penataran-penataran bagi guru-guru yang dipandang kurang profesional. Juga perlu diambil tindakan tegas dengan memberhentikan si guru bila memang benar-benar melanggar ketentuan-ketentuan. Tolong bagi yang bersangkutan yang kebetulan membaca coretan ini harap memperhatikan masa depan anak-anakmu dan masa depan Indonesia.

0 komentar: