KEBEBASAN VS TAKDIR

ΞMonday, May 5, 2008|→

بسم الله الرحمن الرحيم

Tulisan saya ini bermula saat saya membaca tulisan yang saya quote di bawah ini yang saya dapat di milis debat antar agama. Saya teringat pemikiran saya waktu saya kecil. Waktu masih duduk di bangku SD, yaitu masalah takdir.

Ada kerancuan, "menurut saya waktu kecil", dalam pengertian takdir. Jika semuanya sudah diatur dalam takdir Illahi, kenapa kita harus berusaha. Jika kita ditakdirkan kadi orang kaya, mengapa kita susah-susah bekerja, jika kita ditakdirkan miskin, ya sudah. Jika semuanya sampai hal sekecil-kecilnya sudah tertulis, yah kita tinggal menjalankannya saja kan. Tapi di lain pihak, katanya takdir itu dapat berubah (kecuali kematian, seingatku, CMIIW). Orang yang dulunya bodoh, jika berusaha untuk belajar, maka dia akan pintar nantinya, sesuai dengan ayar Quran di bawah ini:

"Sesungguhnya Tuhan tiada merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri." 13:11.

Nah, kata "merubah" diatas apakah itu juga mengartikan merubah takdir? Apakah takdir itu bisa berubah sewaktu-waktu? Atau apakah semuanya memang sudah tertulis di takdir, bahkan ketika kita merubah nasib sendiri, yang berarti takdir itu luar biasa masternya, nggak ada alternatif/perubahan.

Misalnya, ketika ada seorang penjahat yang tiba-tiba mendapat hidayah dan tobat itu sudahkah tercatat dalam takdir, atau apakah takdir sebelumnya sang penjahat tersebut tetap menjadi penjahat, dan dengan alternatif takdir lain ketika penjahat tadi tobat. Kalau begitu, satu kejadian kecil saja dibumi(dan takdir itu berubah, dapat mengubah takdir semua orang di dunia kalau begitu. Atau takdir itu hanya hal-hal besar dalam hidup manusia yang diatur? Ah, jadi bingung, dan waktu itu aku pun menghentikan semua pikiranku. Tapi percaya kepada takdir adalah salah satu rukun iman, yang wajib kita percayai 100% tanpa keraguan, sehingga menurutku penting sekali bagai kita untuk memahaminya.

Kemudian, saya teringat suatu nasihat (kalau tidak salah dari hadits) berhentilah berfikir ketika kamu memikirkan Tuhan-mu, karena ilmu kalian tidak akan sampai. Jadi pemikiran ini aku tenggelamkan saja dalam kenanganku.

Tapi kemarin, ketika saya sudah berumur dewasa saya teringat kembali pemikiran kecil saya ketika saya membaca tulisan dari milis di bawah ini. Saya meminta pendapat teman-teman mengenai hal ini. Terima kasih.

WILSON:

Ada suatu hal yang penting yang berhubungan dengan pengertian keadilan Tuhan, dan hal itu bertentangan baik dengan Agama maupun filsafat (pandangan hidup) yaitu kebebasan manusia.

Baik filosof maupun guru-guru Agama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Sebagian mereka menganjurkan kebebasan manusia dan bahwa apapun yang ia lakukan adalah atas kebebasan kemauannya sendiri; sebagian menolak kebebasan ini dan berfikir bahwa apa yang nampaknya menjadi suatu tindakan yang bebas atau tidak bebas dari manusia adalah tunduk pada aturan yang sudah digariskan lebih dulu.

Saya telah membaca beberapa bacaan Islam bahwa Islam mempercayai Takdir dan bahwa semua yang dikerjakan manusia telah ditakdirkan oleh Tuhan, dan bahwa manusia tidak dapat merubah arah-arah yang sudah ditetapkan. Saya baca juga perbedaan pandangan Islam yang menganjurkan kebebasan manusia dan menolak pengertian Takdir pada tindakan manusia atau tidak bertindaknya manusia. Saya sekarang ingin membicarakan dengan anda masalah ini dan memeriksa apakah Islam benar-benar mengajarkan hal yang penting.

CHIRRI:

Untuk membatasi masalah dari pembicaraan kita, hal ini memerlukan penjelasan bahwa pembicaraan kita tidak mencakup kondisi-kondisi tertentu yang tidak disebabkan oleh keinginan manusia itu sendiri, seperti penyakit, kebutaan dan kematian.

Di dalam hal ini ketidak bebasan manusia telah jelas. Tak seorangpun dapat menggugat bahwa manusia mempunyai kebebasan di dalam kondisi-kondisi demikian, sebab masalah ini tidak terjadi karena pilihan manusia. Pembicaraan kita hanya mencakup kerja manusia dan tindakannya dimana manusia bertindak oleh pilihannya sendiri dan kemauannya. Pertentangan lama masih ada dan membagi manusia menjadi dua bagian: ada yang berpegang pada kebebasan manusia, dan yang lain berpegang pada takdir.

Islam, seperti yang anda ketahui, menerangkan pada kita bahwa Tuhan melahirkan firman-firman tertentu: bahwa Dia akan menghadiahi orang-orang yang patuh pada firman-firmanNya, dan bahwa Dia akan menghukum orang yang tidak patuh yaitu orang-orang yang tidak memenuhi permintaan firman-firman ini.

Suatu Agama dapat kukuh hanya bila menganjurkan kebebasan manusia. Suatu Agama yang menganjurkan kedua-duanya yaitu keadilan Tuhan dan Takdir, jelas akan bertentangan bila Agama itu menerangkan bahwa Tuhan akan menghadiahi orang-orang yang patuh pada firman-firmanNya dan menghukum yang tidak patuh. Bila bertindaknya manusia atau tidak bertindaknya adalah tidak lebih dahulu ditentukan oleh Tuhan, manusia tidak akan dapat merubah tujuannya. Dia tidak akan dapat melakukan sesuatu setelah dia ditakdirkan tidak melakukan hal itu. Manusia akan seperti mesin. Sebuah mesin tidak dapat berputar dengan sendirinya, merubah tujuannya, dan mustahil mengatakan sebuah mesin memenuhi permintaan pesanan tertentu, mustahil menghadiahi mesin atau menghukum mesin.

Melenyapkan kebebasan manusia akan merusak seluruh pengertian (konsep) Agama. Sebenarnya, bila kita menolak kebebasan manusia maka tidak akan perlu ilham atau wahyu. Dan tidak perlu mengirim Nabi-nabi untuk mengajarkan dan memimpin manusia.

Bila seseorang ditakdirkan menjadi Atheist dia tidak akan menjadi orang yang beragama, dan tidak ada nabi vang akan dapat merubah hatinya. Seorang yang ditakdirkan jahat, tidak akan menjadi warga yang baik. Kebebasan manusia sebenarnwa merupakan dasar seluruh pengertian Agama, dan Islam dengan jelas menganjurkan kebebasan manusia.

WILSON:

Dari pembicaraan kita yang telah lalu, saya tahu bahwa Islam menganjurkan dengan tegas azas keadilan Tuhan. Islam, karena itu diharapkan menganjurkan kebebasan manusia dan menentang pengertian takdir atau apa yang dikatakan di dalam filsafah "Determinism" (ketentuan). Saya ingin mengetahui bagaimana kitab suci Qur'an menunjukkan secara jelas mengenai kebebasan manusia.

CHIRRI:

Kitab Suci Qur'an telah menerangkan berulang kali bahwa manusia adalah makhluk yang bebas. Dan menyatakan bahwa manusia sanggup merubah keadaannya .

"Sesungguhnya Tuhan tiada merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri." 13:11.

Bila rnanusia ditakdirkan untuk mengambil tujuan tertentu, dia tidak akan dapat merubah tujuan itu. Adapun juga yang ia lakukan atau tidak lakukan, bukan oleh pilihannya, tetapi oleh keharusan. Kitab Suci Qur'an juga menyatakan bahwa Tuhan tidak meminta individu melakukan hal yang tidak mungkin, Dia juga tidak membuat sukar pesuruh-pesuruhNya.

"Tuhan tidak memikulkan kewajiban kepada seseorang, hanyalah sekedar kekuatannya." 2: 286.

"Tuhan tidak hendak menyusahkan kamu, tetapi hendak menyucikan dan mencukupkan karuniaNya kepada kamu, supaya kamu bersyukur." 5:6.

Bila manusia ditakdirkan untuk menjadi orang yang tidak sembahyang atau melakukan pembunuhan dan Tuhan mengatakan padanya jangan membunuh atau memerintahkannya untuk sembahyang, Dia akan memberikan kesengsaraan terbesar padanya, dan Dia akan meminta darinya untuk melakukan apa yang tidak mungkin baginya.

Manusia diperintahkan sembahyang dan dilarang membunuh menunjukkan bahwa Tuhan memandang manusia sebagai makhluk bebas, dan apapun yang diperintahkan untuk melakukan atau

tldak melakukan adalah dalam batas kemampuannya. Kitab Suci Qur'an telah juga menjelaskan kebebasan manusia dengan menekankan pertanggungan jawab dari setiap individu untuk setiap apa yang ia lakukan:

"Barangsiapa melakukan kebaikan, maka kebaikan itu untuk dirinya sendiri dan barangsiapa melakutan kesesatan, akan merugikan dirinya sendiri. Dan seorang pemikul beban tiada dapat memikul beban orang lain."

"Katakan: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran dari Tuhanmu, sebab itu siapa yang menurut jalan yang benar, dia menurut jalan yang benar itu untuk (kebaikan) dirinya, dan siapa yang tersesat maka dia tersesat untuk dirinya. Dan Aku bukan penjaga kamu." 10: 108.

Setiap pengertian dari pertanggungan jawab dari individu jelas menunjukkan bahwa perorangan adalah wakil yang bebas (a free agent). Wakil yang tidak bebas tidak dapat dibebani tanggungjawab untuk segala sesuatu yang mungkin dihasilkan olehnya.

Pertanggungan jawab tidak dapat dipisahkan dari kebebasan.

WILSON:

Ayat-ayat yang telah anda kutip dari Kitab Suci Qur'an benar-benar menunjukkan bahwa manusia diberi sejumlah kebebasan yang cukup yang membuat dia bertanggung jawab, dan patut menerima hadiah (ganjaran) atau hukuman tentang apa yang diperbuat. Akan tetapi, ada beberapa ayat-ayat yang dikutip dari Qur'an yang menganjurkan takdir. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tindakan manusia dikontrol oleh Tuhan.

Ayat-ayat itu sebagai berikut:

"Sesungguhnya, inilah suatu peringatan, dan siapa yang mau, hendaklah mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan tiadalah kamu mau, melainkan kalau Tuhan menghendaki..." 76: 29-30.

"Hal itu adalah ujian engkau, akan menyesatkan siapa yang engkau kehendaki dan memimpin siapa yang engkau sukai ..." 7:155

Ayat-ayat ini menunjukkan pertentangan dengan ayat-ayat yang anda kutip. Ini menyebabkan keragu-raguan dan melahirkan sebuah dilemma (masalah).

CHIRRI:

Untuk seorang Muslim, Kitab Suci Qur'an adalah catatan ilham (wahyu) yang teliti. Qur'an hanya berisi kebenaran, dan seluruh isi-isi Qur'an harus benar. Kebenaran tidak pernah bertentangan dengan kebenaran yang lain.

Bila ada dua kelompok ayat-ayat Qur'an yang berlawanan satu dengan yang lain, maka harus diperlakukan di dalam cara tertentu. Bila salah satu kelompok-kelompok menunjukkan pertentangan mengenai sesuatu hal dengan kelompok yang lain, kelompok yang lebih jelas akan diikuti. Kelompok yang lain harus diartikan dalam arti terbatas yang tidak akan bertentangan dengan yang pertama.

WILSON:

Tuhan adalah pencipta dari seluruh alam semesta, dan seluruh kejadian-kejadian. Tidak ada kejadian di dunia ini berada di luar ciptaanNya. Kemauan manusia adalah satu dari kejadian (peristiwa-peristiw a) yang mengambil bagian di dunia ini. Karena itu manusia tidak berkeinginan bebas. (free will).

CHIRRI:

Bila ini adalah benar, kita harus menganggap seluruh ketidak-adilan- ketidak-adilan, dan kejahatan-kejahatan yang manusia perbuat disebabkan oleh Tuhan. Tetapi tidak ada yang percaya bahwa Tuhan membuat kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita. Yang benar, Tuhan menciptakan pada diri manusia kemampuan memilih, dan ini maksudnya bahwa Dia menyumbangkan pada manusia bebas untuk berkeinginan . Tuhan dapat mengarahkan keinginan manusia dan membuat dia memilih tujuan tertentu bila Dia mau, tetapi tidak ada bukti menunjukkan bahwa Tuhan berbuat demikian dan merintangi kemauan/keinginan- keinginan kita.

Karena Dia menyumbangkan pada kita kemarnpuan untuk memilih, kita akan mengharap Dia membiarkan kita tanpa campur-tangan.

Tuhan mengharamkan kita menggunakan kekuatan kita memilih dan membuat keputusan sendiri dan mempunyai pilihan sendiri.

WILSON:

Tuhan mengetahui masa depan kita, masa sekarang dan masalalu. Dia mengetahui apa yang akan saya lakukan di masa yang akan datang yang masih jauh, seperti Dia mengetahui tindakan saya sekarang yaitu pada ucapan kata-kata ini. Dia mengetahui sebelum kita dilahirkan apa tujuan yang akan kita ambil setelah kelahiran kita dan masa-depan kita.

Segala sesuatunya diketahuiNya, seluruh tindakan kita telah ditentukan jauh sebelum kita berbuat.

Kita tidak akan dapat mengambil arah-arah yang baru yang tidak diketahui Tuhan, juga tidak dapat kita menggagalkan mengambil tujuan yang telah ditentukan olehNya. Kegagalan kita untuk mengambil setiap tujuan yang telah Dia ketahui, akan menjadi suatu kegagalan pada ilmuNya. Ilmu Tuhan tidak pernah gagal.

CHIRRI:

Ilmu kita tidak menentukan kejadian-kejadian itu, juga ilmu kita tidak menyebabkan kejadiankejadian itu terjadi.

Saya ambil contoh: Seluruh pekerja pada pabrik akan makan-siang pada waktu siang. Ini tidak berarti bahwa ilmu saya atau pengharapan saya telah menyebabkan mereka makan-siang pada waktu itu. Tuhan, tidak boleh tidak, mengetahui masa-depan kita, tetapi ini tidak perlu berarti bahwa seluruh tindakan masa depan kita disebabkan oleh ilmuNya. Masing-masing dan tiap tindakan-tindakan kita mempunyai sebab-sebab tersendiri, dan faktor pokok pada setiap tindakan kita adalah terutama kemauan manusia yang memerlukan tindakan demikian.

Tuhan mengetahui bahwa saya akan melakukan sesuatu pekerjaan tertentu oleh keinginan saya sendiri. Karena ilmu Tuhan tidak gagal, tindakan saya harus menjadi tindakan yang bebas yang disebabkan oleh kebebasan keinginan saya.

Ilmu Tuhan tidak pernah gagal, karena itu saya tidak akan gagal membuat keputusan saya sendiri dengan kebebasankeinginan saya sendiri (by my own free will).

WILSON:

Diskusi ini telah membuat masalah ini benar-benar jelas. Pokok terakhir yang anda terangkan adalah sangat penting. Sebenarnya, alasan terakhir yang saya kemukakan meragukan ilmu dari suatu kejadian dengan sebab-sebabnya, tetapi setiap kejadian biasanya mempunyai penyebab-penyebab sendiri. Kita tahu Tuhan mengetahui bahwa setiap perbuatan kita menjadi hasil dari keinginan kita sendiri. Dan karena Tuhan telah memberikan pada kita kemampuan memilih, kemauan kita harus merupakan hasil yang bebas dari kemampuan itu.Ilmu Tuhan tidak akan pernah gagal, karena itu kita tidak akan gagal memiliki perbuatan-perbuatan kita sebagai hasil-hasil dari kebebasan kemauan kita sendiri.

Bila kita menyetujui azas-azas (doktrin) kebebasan manusia, kita akan teguh dan kita akan selamat dari pertentangan. Azas keadilan Tuhan tidak dapat didamaikan dengan azas takdir. Kita tidak dapat mengatakan bahwa perbuatan manusia diperlukan Tuhan, kecuali jika kita menolak keadilan Tuhan. Karena kita tidak ingin meninggalkan azas keadilan Tuhan, juga kita tidak ingin percaya dalam pertentangan, kita harus menolak dengan mutlak azas Takdir.

(DIALOG TENTANG ISLAM DAN KRISTEN-Prof. Wilson & Muhammad Jawad Chirri Alih Penerbit P.T. Alma'arif, Bandung, Cetakan Kelima, 1981)

1 komentar:

racoen said...

dalam Harun Yahya, di dalam buku The Universe and Dr. Einstein, Lincoln Barnett menjelaskan bagaimana Teori Relatifitas Umum mengarah ke kesimpulan ini. Menurut Barnett, alam semesta dapat "diliputi seluruh keagungannya hanya oleh suatu kecerdasan semesta."424 Kehendak yang disebut Barnett sebagai "kecerdasan semesta" adalah kebijaksanaan dan pengetahuan Allah, Yang mencakup semesta alam. Sama seperti kita dengan mudah bisa melihat pangkal, tengah, dan ujung sebatang mistar, serta semua penanda satuan yang ada di antaranya sebagai satu keseluruhan, Allah mengetahui waktu yang kita alami seakan suatu peristiwa tunggal sejak dari awal hingga akhirnya. Akan tetapi, manusia mengalami peristiwa-peristiwa hanya ketika saatnya tiba dan menyaksikan takdir yang telah diciptakan Allah untuknya. untuk itu pertanggangjawaban yang dimaksud tadi adalah konsekuensi kebebasan yang diberkan