Aku menemukan tulisan ini entah dari mana, kalo nggak salah dari komputer temen. Judulnya mengenai menikmati Kopi dengan Cangkir. (akhirnya menemukan juga sumbernya, ternyata punya temen aink sendiri http://agung.garpukaratan.us/?p=18)
Ceritanya begini:
Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stess di pekerjaan dan kehidupan mereka.
Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis - dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah - dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."
"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."
"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."
Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya. Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. Pastikan anda
membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.
Ketika selesai membaca tulisan diatas, aku langsung berkomentar: tulisan dan analogi yang bagus.Tapi aku tahan keinginanku untuk menyingkir dari tulisan ini. Bentar! Jangan-jangan aku seperti mahasiswa-mahasiswayang sudah lulus tadi. Persis. Aku terlalu melihat kepada cangkirnya.
Mana dan apa kehidupanku sekarang. Ah!!!
Lalu sisi lain pikiranku langsung menjawab:
"Untuk menikmati kopi kan harus pakai cangkir (wadah), nah untuk mencapai kenikmatan yang lebih berarti wadahnya harus bagus dan meyakinkan."
Sisi lain pikiranku nggak mau kalah:
"Beuh, yang penting itu kopinya. Percuma saja kalau kita konsentrasi untuk memilih wadah yang bagus, tapi kita tidak memperhatikan kopinya. Mending mikirin bagaimana kopi yang kita dapat itu enak dan nikmat. Sia-sia kan kalau kita sibuk mencari wadah yang bagus, tetapi kopinya nggak enak, padahal yang menikmati diri kita sendiri. Kan mending mikirin dan mencari kopi yang enak, dan kalau bisa baru mencari wadahnya."
Sisi pikiranku yang satu nggak menjawab.
Kini tinggal bagaimana pengimplementasiannya.
Hidup itu lebih penting!
Kopi dan Cangkirnya
ΞThursday, July 26, 2007|→
∇
Categories :
Artikel
by racoen saat 3:16 PM
0 komentar:
Post a Comment