hampa
(part one)
sore itu
waktu mentari mulai malu bersinar
kau katakan dengan berat
hampa terasa di kelilingku
sore itu
waktu sang bagaskara tenggelam
terungkap segalanya
dihati yang remuk redam
ku seperti bayangan beku
mengalun sepi dibuai mimpi
dan sang purnama pun
enggan menampakkan dirinya
hampa
(part 2)
senja di rumah itu
tak terasa cepat
yang kulihat hanyalah kamu,
suaramu dan tawamu
namun menjerit hatiku
karena kau sangka semuanya bohong dan hanya permainan
demi langit yang ketujuh
sumpahku pada bumi tempatku berpijak
yang kukatakan dan yang terjadi adalah benar dan
tulus...
selalu terpancar keraguan dalam parasmu
seakan semuanya dusta
apa yang harus kulakukan
agar kau percaya???
kemarau tanpa hujan
malam tanpa lintang
laksana aku tanpa dirimu
hampa
(part 3)
Gerimis petang ini
tangisku hampir kering menantimu
senandung kecil
galaukanku
Mengapa dikau tak kunjung datang wahai pujaanku
mengapa kuterbeku tak berlari
terbisu
hanya harap
Sang rajawali entah sudah bosan
mendengar keluhanku
bumipun terus berputar
tapi aku tetap bisu
Gentarku
mengapa kau terus membayangiku
demi bulan separuh-Mu itu
berilah petunjuk
hampa
(Part 4)
mentari sudah tak terik lagi
mendung sudah tak jadi hujan lagi
apakah semua sudah bertentangan dengan logikaku
lentara di pojok menyala sendu
auramu tetap bersinar sendiri
bersinar menawarkan
jiwa baru
yang mampu merasuk ke aliran darahku
sekarang hanya sesal
yang bertahan di karang hati
malangnya kalbuku diteriaki malam
buta
hampa
(part 5)
Jatuh dari langit
khayalan semuku itu
Lara dan pilu mengayun sendirian
hingga padampun merasuk
Kerisauan serta kekosongan
mengalun di batin ini
merajut kisah itu
yang terkoyak-koyak
Sedunya tangisku
teriak kesana-kemari
Rembulan pun ikut berduka
tiada dan tanpa arah
Mendekap sendirian
bersama sang fajar
melihatnya tenggelam
bersama sang alam
Kompilasi Hampa
ΞThursday, June 7, 2007|→
∇
Categories :
Puisi
by racoen saat 2:17 PM
0 komentar:
Post a Comment