Penolakan Pabrik Semen di Sukolilo

ΞThursday, March 20, 2008|→

Puncak aksi penolakan pendirian pabrik semen yang dilakukan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) akan berlangsung Rabu (19/3) ini. Tak tanggung-tanggung, dua pejabat negara dijadwalkan hadir dalam aksi yang dinamai panggung penyelamatan Gunung Kendeng.

Budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) juga akan turut meramaikan acara yang digelar di Bumi Perkemahan Sonokeling, Desa Gadudero, Kecamatan Sukolilo, Pati itu.

Humas JMPPK Gunritno, saat ditemui di sela-sela persiapan acara, Selasa (18/3), mengutarakan, Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar telah menyatakan kesanggupannya untuk hadir di tengah-tengah mereka.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Muhammad Nuh hingga kemarin siang belum bisa memastikan memenuhi undangan tersebut. Begitu pula Gubernur Jateng Ali Mufiz yang masih dalam konfirmasi.

Menurutnya, para pejabat dan kalangan budayawan sengaja diundang dalam aksi tersebut agar bisa mengerti langsung gejolak masyarakat di bawah. Sebab, selama ini sebagian besar masyarakat di Sukolilo terancam dengan rencana penambangan Gunung Kendeng secara besar-besaran untuk kepentingan komersial.

"Bisa dipastikan warga di sini (Sukolilo, Red) yang mayoritas petani akan kehilangan lahannya. Kalaupun masih bisa menggarap sawah, akan kesulitan air karena lebih dari 67 mata air yang ada terancam hilang," jelas dia.

Tempat bersejarah

Selain itu, budaya masyarakat lokal juga dikhawatirkan bergeser dan ikut hilang akibat sejumlah tempat bersejarah berada di kawasan gunung tersebut.
Lokasi bersejarah itu, salah satu yang terkenal adalah Pertapaan Watu Payung. Tempat tersebut diyakini sebagai pertapaan Dewi Kunthi, ibu para Pandawa dalam cerita pewayangan.

Tempat lain yang juga memiliki makna spiritual di Pegunungan Kendeng adalah Gua Nogo Rojo di Dukuh Mlawat, Desa Baleadi. Di mana warga setempat menganggap lokasi tersebut merupakan peninggalan Anglingdharmo.
Untuk menyukseskan aksi tersebut, sosialisasi keliling kampung, terus digencarkan. Bahkan, Pasar tradisional Sukolilo dan Kayen tak ketinggalan menjadi sasaran woro-woro.

Tak hanya mengajak masyarakat turut hadir dalam acara tersebut, puluhan aktivis JMPPK dengan menggunakan sebuah pikap dan truk, serta puluhan motor sesekali berorasi. Mereka juga mengalungi dirinya sebuah poster benada protes atas pendirian pabrik semen.

Sebuah spanduk dipampang di pikap yang menjadi sumber pengeras suara. "Gunung Kendeng disikat, debu semakin pekat, usaha jadi konglomerat, masyarakat ada di kolong melarat, bencana semakin hebat, masyarakat terancam minggat," demikian tulisan dalam spanduk itu.(H49-76)

0 komentar: